SEJARAH DESA PULIHARJO

SEJARAH DESA PULIHARJO

SEJARAH DESA PLIHARJO

Perebutan kekuasaan seringkali menjadi cerita pokok yang mengawali sejarah lahirnya sebuah “NEGERI”. Entah negeri itu berstatus “elit” bernama kerajaan, negara, kabupaten, kota, atau bahkan negeri itu berkategori “alit” seperti negeri-negeri kelas kampung. Meski tidak semua “negeri” lahir dari sebuah perebutan kekuasaan atau konflik, tetapi memiliki kedaulatan tempat berpijak alias tanah dan air merupakan barang yang wajib dan tidak bisa di tawar-tawar dari para sesepuh pembangun setiap negeri.

Mereka tidak ingin kehilangan kekuasaan untuk hidup dan menghidupkan generasi yang akan meneruskan titah mereka dan mereka juga tidak ingin anak, cucu dan buyutnya kelak kemudian akan terancam tidak memiliki identitas apapun yang mestinya dimiliki untuk bertahan hidup.

Dan semua “negeri” diawal kehidupan mesti terlibat dalam drama “babat alas” dengan berbagi cerita dan legenda yang dapat di kisahkan turun temurun dengan berbagai versi tak terkecuali negeri yang bernama: “PULIHARJO”. Lahirnya desa Puliharjo tentu tidak lepas dari cerita-cerita yang telah melegenda seperti cerita-cerita desa yang lain.

Dan nama sebuah tempat kerap kali menjadi acuan yang mudah dan bahkan penting untuk mengungkap sejarah atau asal usul terjadinya sesuatu termasuk tempat yang bernama: “PULIHARJO”.

 

Konon menurut shohibul hikayat pergantian nama desa menjadi desa Puliharjo itu memakan waktu yang cukup lama. Sebelum menjadi desa Puliharjo awalnya bernama: 1. Desa Polean Wetan dan Polean Kulon

                2. Desa Bumiayu

                3. Desa Puliharjo

1.      Sejarah Desa Polean

·         Versi Pertama

Pada waktu itu bumi kita masih dikuasai oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan masih mengadakan peperangan antara orang pribumi dan penjajah Belanda.

Sesuai dengan namanya, Polean mencirikan sebuah ungkapan bahasa jawa yaitu: KOLEH yang konon diartikan dengan sebutan “kolehan atau campuran”. Maksudnya kala itu peperangan sedang terjadi, orang-orang dari berbagai desa, besar kecil, tua muda ramai-ramai mengungsi ke tempat yang lebih aman yaitu di sebuah grumbul (dusun) yang konon belum banyak penduduknya.

Berkumpullah orang-orang dari berbagai penjuru desa, karena panik terserang musuh dan koleh (campur) menjadi satu didusun itu. Kemudian grumbul (dusun) itu di beri nama: Desa Polean yang berarti: campuran orang-orang dari berbagai desa.

·         Versi Kedua

Sejarah Desa Polean ini masih ada sangkut pautnya dengan desa-desa yang ada disekitarnya. Pada waktu itu peperangan sedang terjadi antara orang pribumi dengan penjajah Belanda.

Dari sebelah selatan orang-orang pribumi dikejar-kejar oleh penjajah Belanda, di buru-buru (di kejar-kejar) lantas desa itu dinamakan “Desa Tuaburu”. Lari ke utara sudah lempa lempo (lelah/letih sekali) terus desa itu dinamakan Desa Polean. Lari lagi ke utara di sana musuh di tandegi (di hadang) maka desa itu disebut dengan “Desa Krandegan”. Dari arah barat orang-orang banyak yang datang ingin tahu keadaan di Krandegan maka desa itu di beri nama “Desa Kaleng” teka-teka ndeleng (datang-datang ingin tahu). Dari arah utara orang-orang banyak membawa bugel (kayu yang atos/keras) maka desa itu disebut “Desa Bugel”.

Terus ke selatan lagi bugelnya di pikul mengkat-mengkot (berat sekali) maka desa itu dinamakan “Desa Kebongkotan”. Terus ke selatan lagi bugelnya di palangaken (di halangkan) maka desa itu disebut “Desa Plalangan”. Ke selatan lagi di dusun itu terjadi pertempuran dan di situ banyak yang mati menjadi balung (tulang) maka desa itu di namakan “Desa Balung”.

Terus ke selatan di sana orang-orang membunyikan lesung (tempat menumbuk padi) maka desa itu di namakan “Desa Plesung”. Terus ke timur orang-orang sudah lelah/letih maka berhenti monggo-monggo (kebingungan), lalu desa itu di sebut dengan “Desa Munggu”.

Jadi, menurut cerita di atas kata Polean berasal dari lempa-lempo (lelah/letih sekali). Lempa-lempo menjadi Polean. Wallohu a’lam, hanya Alloh yang maha tahu. Desa Polean dibagi menjadi dua yaitu: Polean Wetan dan Polean Kulon.

a.       Desa Polean Wetan

Pada waktu itu desa Polean Wetan sudah ada penduduknya tetapi belum ada lurah/kepala desa.

Maka diangkatlah seorang kepala desa langsung oleh bupati. Pada waktu itu Polean Wetan masih termasuk wilayah Kabupaten Ambal. Lurah/kepala desa pertama ialah Ketimenggala, yang konon bukan asli penduduk desa itu, namun berasal dari Desa Plesung yang sekarang termasuk wilayah Desa Karangrejo, Petanahan. Ketimenggala adalah anak dari lurah Plesung bernama sebutan: Precit. Beliau berasal dari timur tepatnya dari Desa Telaga sekarang ikut wilayah kecamatan Mirit.

Ketimenggala dikaruniai lima (5) anak yaitu:

1.      Wirantika (congkog)

2.      Mertasemita (lurah Polean Wetan ke-2)

3.      Lurah Pandoman

4.      Lurah Plesung

5.      Istri Ketiwikrama (carik)

Setelah Ketimenggala meninggal jabatan lurah digantikan oleh anaknya bernama: Mertasemita. Setelah lurah Mertasemita pengangkatan lurah diadakan dengan pemilihan secara langsung, bukan turun temurun.

Pada zaman itu, pemilihan lurah/kepala desa masih diadakan  dengan cara dodokan (berjongkok). Maksudnya calon lurah duduk dikursi, pendukungknya ndodok (berjongkok) berbaris melajur dihadapannya. Yang lebih banyak jumlahnya yang jongkok maka itulah yang menjadi lurah/kepala desa.

Maka dara itu, sering terjadi perkelahian, pembakaran rumah atau pemotongan hewan ternak dengan cara dipotong sekenanya, yang dilakukan oleh botoh (pendukung) bakal lurah yang tidak terpilih.

Berikut urutan lurah/kepala Desa Polean Wetan:

1.      Ketimenggala

2.      Merta Semita

3.      Dipaduriya

4.      Dipa Semita

5.      Trunadipa

6.      Sasentana

7.      Sanliyas

8.      Asma Dikrama

9.      Wangsa Direjo (1924-1925)

b.      Polean Kulon

Maaf penulis kesulitan menemukan bukti sejarah atau kasepuhan yang masih bisa menceritakan sejarah Desa Polean Kulon. Penulis mengharap bantuan dari semua pihak/siapa saja yang tahu sejarah Polan Kulon dimohon dengan hormat memberi tahu kepada penulis.

2.      Sejarah Desa Bumiayu

Setelah memakan waktu yang lama, maka terjadilah pergantian nama desa yang semula Desa Polean Wetan dan Desa Polean Kulon, maka dua desa itu digabungkan menjadi satu diberi nama: Desa Bumiayu.

Bumiayu terdiri diri dua kata yaitu: Bumi dan Ayu. Bumi berarti: tanah, Ayu berarti: cantik. Jadi, Bumiayu berarti tanah yang cantik. Mula-mula diadakan pertemuan antara warga Desa Polean Wetan dan Desa Polean Kulon. Tidak lain dan tidak bukan hanya untuk membicarakan tentang pergantian nama desa. Maka berkumpullah orang-orang bermusyawarah dan mufakat nama desanya diganti dengan nama: Desa Bumiayu.

Ide nama Bumiayu adalah dari seseorang warga yang pada waktu itu disegani oleh masyarakat, yaitu: Kramareja. Desa Bumiayu waktu itu Kecamatan Krandegan Kawedanan Puring Kabupaten Karanganyar Karesidenan Banyumas.

Pemilihan lurah dengan cara dodokan (jongkok) dianggap tidak efektif karena tidak rahasia, maka mulai dari lurah Sanmurawi sampai lurah Moch. Asror diadakan dengan cara gitingan (memakai lidi). Caranya: pemilih diberi satu lidi oleh panitia terus masuk kebilik suara dan memasukkan lidi itu ke bumbung (bambu) yang banyak lidinya itulah yang menjadi lurah/kepala desa.

Berikut urutan lurah Desa Bumiayu:

1.      Sanmurawi (1925-1928)

2.      Mad Ikhsan (1928-1946)

3.      Karto Surjono (1946-1926)

 

3.      Sejarah Desa Puliharjo

Setelah memakan waktu kurang lebih 37 tahun maka terjadilah kembali pergantian nama desa. Semula Desa Bumiayu diganti menjadi: Desa Puliharjo.

Pada waktu itu lurah Bumiayu sering dikelah (revormasi) tetapi selalu gagal. Sering terjadi perebutan kekuasaan, berkumpullah warga Desa Bumiayu untuk membicarakan pergantian nama desa. Pencetus nama Puliharjo ialah: Bapak Hadi Suryo, dia adalah camat Puring pada waktu itu dan Bapak Utoyo selaku wedana Karanganyar.

Puliharjo terdiri dari dua suku kata yaitu: Pulih dan Arjo. Pulih berarti: kembali, Arjo berarti: selamat. Jadi, Puliharjo berarti: kembali ke keselamatan. Maksud pinisepuh/kesepuhan memberi nama Puliharjo supaya desa ini diberi keselamatan kembali. Tidak terjadi keributan atau permusuhan yang sering terjadi selama ini.

Dan berikut urutan lurah Desa Puliharjo:

1.      M. Asror (1962-1988)

2.      Rohmat (1988-1998)

3.      Mauludin (1998-2007)

4.      Kusmin (2007- 2019)

5.      Sarjono ( 2019-Sekarang)